Harga CPO

Harga CPO Melonjak Lagi, Sentuh Rekor Tertinggi Tiga Pekan Terakhir

Harga CPO Melonjak Lagi, Sentuh Rekor Tertinggi Tiga Pekan Terakhir
Harga CPO Melonjak Lagi, Sentuh Rekor Tertinggi Tiga Pekan Terakhir

JAKARTA - Harga kontrak Crude Palm Oil (CPO) di Bursa Malaysia Derivatives (BMD) kembali mencatatkan penguatan pada Rabu, 19 November 2025, menyentuh level tertinggi dalam hampir tiga pekan.

Lonjakan ini seiring reli harga minyak kedelai global, yang menjadi penopang utama pergerakan harga komoditas nabati.

Berdasarkan data BMD, kontrak berjangka CPO Desember 2025 naik 2 Ringgit Malaysia menjadi 4.178 Ringgit Malaysia per ton. Sementara kontrak Januari 2026 menguat 9 Ringgit Malaysia menjadi 4.210 Ringgit Malaysia per ton. Tren penguatan serupa terjadi pada kontrak berjangka Februari hingga Mei 2026, dengan kenaikan masing-masing 17, 27, 28, hingga 31 Ringgit Malaysia per ton.

Pengaruh Minyak Nabati Lain Terhadap CPO

Dikutip dari Trading View, harga CPO bergerak sejalan dengan minyak nabati lain, terutama minyak kedelai (soyoil) global. Direktur Pelindung Bestari, Paramalingam Supramaniam, menjelaskan bahwa pergerakan harga CPO memang dipicu penguatan soyoil, namun prospek permintaan pada November yang lemah membatasi ruang kenaikan lebih lanjut.

“Selama belum ada kepastian mengenai permintaan November, penguatan harga CPO kemungkinan tetap terbatas,” ujarnya. Hal ini menegaskan bahwa meski penguatan harga terlihat, faktor permintaan tetap menjadi penentu arah pergerakan selanjutnya.

Kondisi Pasar Minyak Nabati Global

Harga minyak kedelai di bursa Dalian naik 0,6%, sementara kontrak minyak sawit melesat 1,89%. Di Amerika Serikat, harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade juga menguat tipis 0,08%. CPO umumnya mengikuti pergerakan minyak nabati lain karena persaingan ketat di pasar global.

Selain itu, penguatan Ringgit Malaysia sebesar 0,29% terhadap dolar AS membuat harga CPO relatif lebih mahal bagi pembeli luar negeri, yang turut memengaruhi dinamika perdagangan.

Pengaruh Pasar Energi Terhadap CPO

Di sisi lain, pasar energi mencatat pelemahan tipis harga minyak mentah global. Laporan industri menunjukkan peningkatan stok minyak mentah AS, menimbulkan kekhawatiran kelebihan pasokan. Namun, penurunan harga minyak terbatas akibat ketatnya pasokan global, terutama akibat serangan terhadap infrastruktur minyak di Rusia. Kondisi ini membuat CPO kurang menarik sebagai bahan baku biodiesel, meskipun harga tetap didukung oleh minyak nabati lain.

Pergerakan Impor Uni Eropa

Data Komisi Eropa mencatat penurunan impor kedelai Uni Eropa untuk musim 2025/2026 yang dimulai Juli, sebesar 16% menjadi 4,40 juta ton hingga 16 November. Impor minyak sawit juga menurun 18% menjadi 1,08 juta ton. Penurunan ini menandakan bahwa meski harga CPO naik, permintaan dari beberapa wilayah utama mengalami tekanan.

Faktor-Faktor Pendukung Harga CPO

Secara keseluruhan, kenaikan harga CPO dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, reli harga minyak kedelai global sebagai benchmark. Kedua, penguatan Ringgit Malaysia terhadap dolar AS yang membuat CPO lebih mahal bagi pembeli asing. Ketiga, ketatnya pasokan minyak nabati akibat kondisi geopolitik, terutama di sektor energi.

Namun, keterbatasan permintaan domestik maupun internasional menahan kenaikan harga lebih tinggi. Paramalingam menekankan bahwa penguatan harga meskipun signifikan, tetap berada dalam batas wajar karena faktor permintaan yang kurang menggembirakan di bulan ini.

Prospek Pergerakan CPO ke Depan

Para analis memperkirakan harga CPO masih akan bergerak volatil hingga akhir November. Permintaan yang belum jelas, pergerakan mata uang, serta tren minyak nabati lain akan menjadi penentu utama. Pasar CPO tetap sensitif terhadap fluktuasi harga minyak kedelai, karena keduanya bersaing dalam pasar minyak nabati global.

Selain itu, isu geopolitik yang memengaruhi pasokan minyak mentah global dan biodiesel turut memberi tekanan pada harga CPO. Kenaikan harga saat ini bisa menjadi momentum bagi eksportir untuk mengoptimalkan keuntungan, namun tetap harus memantau pergerakan permintaan agar tidak menimbulkan ketidakstabilan pasar.

Kenaikan harga CPO hingga mencapai level tertinggi dalam tiga pekan menegaskan hubungan erat antara harga minyak nabati global dan pasar CPO Indonesia. Meski didukung reli minyak kedelai, permintaan yang masih lemah dan faktor mata uang membatasi potensi kenaikan lebih lanjut.

Pergerakan CPO tetap menjadi indikator penting bagi sektor perkebunan sawit, industri biodiesel, dan perdagangan internasional. Stabilitas harga akan menuntut pengelolaan pasokan, pemantauan permintaan global, serta respons cepat terhadap kondisi geopolitik yang memengaruhi sektor energi dan minyak nabati dunia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index