Proyek CCS

Airlangga Sebut Proyek CCS Nasional Butuh Pendanaan Rp251 Triliun

Airlangga Sebut Proyek CCS Nasional Butuh Pendanaan Rp251 Triliun
Airlangga Sebut Proyek CCS Nasional Butuh Pendanaan Rp251 Triliun

JAKARTA - Indonesia tengah menempatkan diri sebagai pemain strategis dalam pengembangan energi bersih melalui proyek Carbon Capture and Storage (CCS) dan Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS).

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyampaikan bahwa negara membutuhkan pembiayaan sekitar US$15 miliar atau setara Rp250,89 triliun untuk merealisasikan proyek ini. Program CCS diproyeksikan menjadikan Indonesia sebagai tujuan potensi penyimpanan karbon terbesar di Asia dengan kapasitas mencapai 600 gigaton.

Airlangga menambahkan bahwa proyek CCS/CCUS telah menarik minat investor dari beberapa negara, termasuk Jepang melalui Inpex Corp., Inggris melalui BP Plc., dan Amerika Serikat melalui Exxon Mobil Corp. Selain menyerap karbon domestik, proyek ini juga memungkinkan Indonesia memanfaatkan peluang pasar karbon dari Tokyo, Korea Selatan, hingga Australia.

Potensi Indonesia sebagai Penyimpanan Karbon Terbesar Asia

Direktur Eksekutif Indonesia CCS Center, Belladona Troxylon Maulianda, menjelaskan bahwa Indonesia memiliki keunggulan geologis untuk mengembangkan CCS, dengan potensi penyimpanan karbon di bawah tanah mencapai 600 gigaton. Dibandingkan dengan emisi domestik Indonesia sekitar 600 juta ton per tahun, kapasitas tersebut cukup untuk menampung emisi selama lebih dari seribu tahun. Jika dikombinasikan dengan emisi dari negara lain, kapasitas penyimpanan tetap bisa mencakup sekitar 200 tahun.

Dengan kapasitas besar ini, Indonesia tidak hanya mampu menurunkan emisi domestik tetapi juga memperoleh pendapatan tambahan melalui layanan penyimpanan karbon bagi negara lain. Potensi ini membuka peluang baru untuk pengembangan ekonomi hijau sekaligus mendukung target net zero emission (NZE) yang ditetapkan pada 2060.

Investasi dan Minat Perusahaan Multinasional dalam CCS

Belladona menambahkan bahwa saat ini investasi awal atau pre-project sudah mencapai sekitar US$38 juta dari perusahaan multinasional maupun national oil company. Fasilitas CCS diperkirakan baru akan onstream pada 2030 atau bahkan lebih cepat. Pemerintah Indonesia juga telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan ExxonMobil senilai US$10 miliar untuk membangun fasilitas CCS dan industri petrokimia di dalam negeri.

Airlangga menekankan bahwa beberapa proyek CCS, termasuk milik BP, dapat menggabungkan investasi di sektor enhanced gas recovery, yang akan meningkatkan produksi gas untuk sektor listrik maupun manufaktur. Pemerintah menilai bahwa proyek CCS ini menjadi salah satu instrumen penting untuk memperkuat keamanan energi nasional sekaligus mengurangi emisi karbon.

Mekanisme Kerja dan Infrastruktur Teknologi CCS

Teknologi CCS bekerja dengan menangkap emisi karbon di cerobong asap industri, memproses gas CO2, dan kemudian mentransportasikannya ke fasilitas penyimpanan. Gas karbon dioksida akan dipisahkan dari gas lain, dicairkan, lalu diangkut menggunakan pipa atau kapal. Setelah sampai di lokasi penyimpanan, CO2 disuntikkan ke dalam sumur minyak dan gas eksisting atau sumur baru yang disebut salin akuifer.

Salin akuifer adalah lapisan air dengan konsentrasi garam tinggi yang mampu menampung karbon secara aman. Infrastruktur ini memungkinkan proses injeksi CO2 dilakukan secara efektif dan aman, sekaligus mendukung pengembangan fasilitas monitoring, reporting, and verification (MRV) untuk memastikan emisi terserap dengan baik.

Dampak Ekonomi dan Lapangan Kerja dari Proyek CCS

Proyek CCS tidak hanya bermanfaat untuk lingkungan, tetapi juga berdampak positif terhadap ekonomi nasional. Belladona memperkirakan proyek ini membuka sekitar 170.000 lapangan pekerjaan di sektor konstruksi, teknik, hingga pengawasan. Selain itu, CCS dapat mendorong pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sekitar 0,8–1 persen.

Selain menyerap tenaga kerja, investasi CCS juga membuka peluang pengembangan industri terkait, memperluas pasar karbon, serta mendukung inovasi teknologi lokal melalui kerja sama dengan perusahaan asing. Pemerintah menilai integrasi antara investasi, teknologi, dan regulasi menjadi kunci kesuksesan proyek CCS untuk menurunkan emisi secara signifikan.

Dengan dukungan penuh dari pemerintah dan minat investasi dari perusahaan multinasional, Indonesia siap memanfaatkan proyek CCS sebagai langkah strategis dalam transisi energi, pencapaian target net zero emission, dan peningkatan ekonomi hijau nasional. Proyek ini juga menunjukkan bagaimana pembangunan berkelanjutan dan pertumbuhan ekonomi dapat berjalan beriringan melalui inovasi teknologi yang tepat.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index