Menko Perekonomian

Menko Perekonomian Tegaskan Sawit Perkuat Neraca Perdagangan Nasional

Menko Perekonomian Tegaskan Sawit Perkuat Neraca Perdagangan Nasional
Menko Perekonomian Tegaskan Sawit Perkuat Neraca Perdagangan Nasional

JAKARTA - Indonesia kembali menunjukkan posisi strategisnya di pasar global melalui industri kelapa sawit.

Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa sawit berperan penting dalam memperkuat neraca perdagangan nasional. Dalam pembukaan 21st Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) dan 2026 Price Outlook di Nusa Dua, Bali, ia mengungkapkan bahwa hingga September 2025, surplus perdagangan Indonesia mencapai 4,34 miliar dolar AS, dengan kontribusi signifikan dari sektor sawit.

Sawit Sumbang Surplus Perdagangan Indonesia

Menurut Airlangga, ekspor minyak sawit Indonesia dari Januari hingga September 2025 mencapai 28,55 juta ton, meningkat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Komoditas ini menjadi salah satu penopang utama surplus perdagangan, menegaskan posisi strategisnya dalam menjaga kestabilan ekonomi nasional.

Pasar Ekspor Utama dan Dampak Harga TBS bagi Petani

India dan Tiongkok tetap menjadi pasar utama ekspor minyak sawit Indonesia, sementara Jepang dan Selandia Baru menunjukkan peningkatan permintaan produk non-migas berbasis sawit. Rata-rata harga tandan buah segar (TBS) sawit berada di kisaran Rp3.000 per kilogram, yang berdampak positif bagi kesejahteraan petani dan menjaga daya saing industri nasional.

Penerapan ISPO dan Sistem Informasi Terpadu

Airlangga menekankan pentingnya keberlanjutan dalam industri sawit. Pemerintah terus memperkuat sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) dan mengembangkan sistem informasi terpadu yang menghubungkan kebijakan, data sertifikasi, dan rantai pasok. Langkah ini memungkinkan pelacakan secara real-time dan meningkatkan transparansi industri, sehingga mempermudah pemangku kepentingan dalam memantau praktik keberlanjutan sawit.

Percepatan Transisi Energi Bersih Berbasis Sawit

Selain peran perdagangan, pemerintah juga mendorong transisi energi bersih berbasis sawit. Program biodiesel nasional kini telah mencapai mandat B40, dan rencana penerapan B50 ditargetkan pada semester kedua 2026. 

Program ini menjadi salah satu yang terbesar di dunia, telah berkontribusi mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 41,46 juta ton CO2. Tidak hanya itu, pemerintah juga tengah mengembangkan bioavtur dan bioetanol berbasis sawit untuk sektor transportasi udara dan darat. Airlangga berharap produk-produk ini dapat mulai dipasarkan secara komersial dalam dua hingga tiga tahun ke depan.

Hilirisasi Sawit Tingkatkan Nilai Tambah dan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian menekankan pentingnya hilirisasi industri sawit agar tidak berhenti pada ekspor bahan mentah. Dengan inovasi, industri sawit dapat menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan nilai tambah nasional. Contohnya, kerja sama antara Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) dan industri pertahanan memanfaatkan bahan baku sawit untuk produksi dalam negeri, menegaskan potensi sawit sebagai komoditas strategis yang mendukung kemandirian ekonomi Indonesia.

Dengan strategi perdagangan yang matang, sertifikasi berkelanjutan, dan pemanfaatan sawit dalam energi bersih serta industri hilir, Indonesia menegaskan posisi sawit sebagai pilar utama pertumbuhan ekonomi. Peran strategis sawit tidak hanya memberikan dampak ekonomi, tetapi juga mendorong inovasi, menciptakan lapangan kerja, serta mendukung keberlanjutan lingkungan dan energi.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index