JAKARTA - PT Krakatau Steel Tbk (KRAS), emiten baja BUMN, menegaskan optimisme dalam perbaikan kinerja keuangan meski saat ini perusahaan masih berada dalam fase restrukturisasi.
Direktur Utama KRAS, Akbar Djohan, menyatakan bahwa perusahaan akan mulai mencatatkan kinerja positif pada akhir tahun 2025, menepis kekhawatiran terkait defisit yang tercatat selama beberapa tahun terakhir.
“Kita tahu di pemberitaan Krakatau Steel masih defisit karena memang kita masih dalam tahap restrukturisasi. InsyaAllah sampai Desember 2025 akan memberikan kinerja laporan keuangan yang biru,” ujar Akbar Djohan saat menghadiri peresmian jalur logistik kereta api barang dan kapal Ro-Ro di Pelabuhan Krakatau International Port, Cilegon.
Ia menambahkan bahwa dukungan dari Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) memainkan peran penting dalam perbaikan kinerja dan restrukturisasi keuangan KRAS ke depan. Tren konsolidasi keuangan perusahaan menunjukkan perbaikan signifikan, dengan proyeksi laba bersih setelah pajak mencapai US$392 juta pada 2025, berbalik dari kerugian di tahun-tahun sebelumnya.
Pendanaan Strategis dan Restrukturisasi
Dalam jangka pendek, KRAS mengajukan dukungan pendanaan kepada Danantara melalui skema Pinjaman Pemegang Saham (SHL) senilai US$250 juta. Dana ini dialokasikan untuk kebutuhan operasional inti, termasuk pembelian slab baja untuk pabrik Hot Strip Mill (HSM), produk Hot Rolled Coil (HRC) dan Cold Rolled Coil Full Hard (CRC F/H) untuk pabrik PT KBI, HRC untuk pabrik pipa PT KPI, serta produk turunan baja lainnya.
Selain SHL, perusahaan juga menyiapkan opsi pendanaan tambahan hingga US$500 juta melalui mekanisme lain, yang akan direalisasikan setelah kesepakatan dengan pihak perbankan tercapai. Sebagian pasokan bahan baku saat ini masih dibiayai oleh financier pihak ketiga dengan bunga lebih tinggi dan sejumlah pembatasan tertentu.
Sepanjang kuartal III-2025, KRAS membukukan laba bersih sebesar US$22,17 juta, berbalik arah dari kerugian US$185,22 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan usaha tercatat US$706,08 juta, naik 7,39% YoY dari US$657,52 juta pada kuartal III-2024. Kontribusi terbesar berasal dari penjualan produk baja senilai US$570,36 juta, disusul segmen sarana infrastruktur sebesar US$171,57 juta, dan rekayasa serta konstruksi US$11,86 juta, setelah dikurangi eliminasi US$47,72 juta.
Namun, beban pokok penjualan naik 10,07% YoY menjadi US$652,97 juta, menyebabkan laba kotor menurun 17,38% menjadi US$53,12 juta.
Optimalisasi Infrastruktur dan Logistik
KRAS baru saja meresmikan optimalisasi Pelabuhan dan Jalur Kereta Api Barang. Akbar menjelaskan bahwa Pelabuhan Cigading menjadi salah satu pelabuhan curah kering terdalam di Indonesia dengan kedalaman minus 21 meter, kapasitas bongkar muat hingga 20.000 ton per hari, serta kapasitas total 25 juta ton per tahun. Pelabuhan ini berada di lokasi strategis karena terintegrasi langsung dengan kawasan industri, memungkinkan distribusi material yang lebih efisien.
Selain itu, perusahaan juga menyoroti penerapan kebijakan Zero Over Dimension Over Load (Zero ODOL) yang dijadwalkan mulai 1 Januari 2027. Optimalisasi distribusi barang melalui kereta api menjadi salah satu solusi untuk efisiensi logistik, di mana perbandingan tarif antara truk ODOL, truk ZODOL, dan kereta api menunjukkan potensi penghematan biaya secara signifikan.
Layanan Kapal Ro-Ro dan Konektivitas Wilayah
Dalam mendukung arus logistik antarwilayah, KRAS mengoperasikan layanan kapal Ro-Ro Cigading–Panjang dua kali sehari dengan kapasitas hingga 164 kendaraan per kapal. Layanan ini diharapkan mampu memindahkan 190.000 kendaraan per tahun pada 2026, dan meningkat menjadi 285.000 kendaraan pada 2030. Proyek ini menegaskan strategi perusahaan dalam meningkatkan konektivitas logistik dan efisiensi transportasi barang untuk mendukung pertumbuhan industri baja nasional.
Proyeksi Kinerja dan Pertumbuhan Jangka Panjang
Selain fokus pada optimalisasi infrastruktur, Krakatau Steel menargetkan pendapatan mencapai US$5 triliun pada 2030, meningkat signifikan dari capaian 2025. Perusahaan juga menargetkan volume produksi hingga 46 juta ton per tahun pada 2030, seiring implementasi strategi operasional dan pemanfaatan jalur logistik yang lebih efisien.
Akbar menekankan bahwa kombinasi antara restrukturisasi keuangan, penguatan modal kerja, optimalisasi pelabuhan dan kereta api, serta kolaborasi lintas sektor akan menjadi fondasi pertumbuhan KRAS. Langkah-langkah ini diharapkan tidak hanya memperkuat posisi perusahaan di sektor baja, tetapi juga mendukung pembangunan infrastruktur dan industri nasional secara menyeluruh.
Dengan strategi ini, KRAS menegaskan komitmennya untuk bangkit dari defisit keuangan, meningkatkan efisiensi operasional, serta mendorong kinerja positif yang berkelanjutan, sekaligus memberikan kontribusi nyata bagi perekonomian nasional.