Harga Batu Bara Masih Positif, Simak Proyeksi Pergerakan Minggu Ini

Senin, 24 November 2025 | 09:04:39 WIB
Harga Batu Bara Masih Positif, Simak Proyeksi Pergerakan Minggu Ini

JAKARTA - Harga batu bara menunjukkan dinamika yang menarik di pasar global.

Meski sempat turun tipis pada perdagangan akhir pekan lalu, komoditas ini tetap mencatatkan kenaikan sepanjang pekan. Fenomena ini menjadi perhatian investor dan pelaku industri energi karena menunjukkan tren positif yang dapat memengaruhi strategi perdagangan dan produksi dalam beberapa minggu ke depan.

Pada Jumat, 21 November 2025, harga batu bara di pasar ICE Newcastle untuk kontrak pengiriman bulan mendatang ditutup di US$ 110,9 per ton, turun tipis 0,09% dibandingkan hari sebelumnya. Namun, sepanjang pekan, harga masih naik 0,27%, menandakan adanya kekuatan pasar yang mendukung kenaikan harga jangka pendek.

Proyeksi Mingguan Harga Batu Bara

Secara teknikal dengan perspektif mingguan (weekly time frame), batu bara masih berada di zona bullish. Hal ini terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang berada di angka 57. RSI di atas 50 umumnya menunjukkan kondisi bullish pada suatu aset.

Namun, investor disarankan tetap waspada karena Stochastic RSI telah menyentuh 100, menunjukkan kondisi jenuh beli (overbought). Artinya, potensi koreksi harga tetap ada, meski tren keseluruhan masih positif.

Untuk perdagangan minggu ini, harga batu bara berisiko turun. Setelah menyentuh pivot point di level US$ 100 per ton, target support terdekat berada di US$ 109 per ton (Moving Average 5). Jika level ini ditembus, harga berpotensi turun lebih lanjut ke kisaran US$ 106-108 per ton.

Sebaliknya, jika harga tetap kuat menanjak, US$ 112 per ton menjadi target resisten terdekat. Penembusan level ini membuka peluang bagi batu bara untuk merangsek ke US$ 116-124 per ton.

Tren Positif Didukung Permintaan Listrik Musim Dingin

Harga batu bara tengah mengalami tren positif dalam sebulan terakhir, mencatat kenaikan hampir 7%. Kenaikan ini ditopang oleh ekspektasi permintaan listrik yang meningkat menjelang musim dingin di belahan bumi utara.

Musim dingin biasanya mendorong penggunaan penghangat ruangan, yang berujung pada meningkatnya permintaan listrik. Di Jerman, misalnya, harga listrik pada akhir pekan lalu tercatat EUR 313,27 per Megawatt Hour (MWh), melonjak 58% dibandingkan periode yang sama hari sebelumnya. Lonjakan ini menunjukkan kebutuhan energi yang meningkat, termasuk pembangkit listrik berbasis batu bara.

Saat permintaan listrik naik, Jerman terpaksa kembali memanfaatkan batu bara sebagai salah satu sumber energi utama. Pembangkitan listrik dari batu bara, gas, minyak, dan lignit tercatat mencapai 35,5 gigawatt, tertinggi sejak 27 Februari atau hampir sembilan bulan terakhir.

Pembangkitan Tenaga Terbarukan Masih Belum Optimal

Meskipun Eropa telah gencar mengembangkan energi terbarukan, pembangkitan dari tenaga angin masih terbatas. Berdasarkan pemodelan Bloomberg, rata-rata pembangkitan listrik dari tenaga angin pada pekan ini diperkirakan hanya 12,2 gigawatt, jauh di bawah rerata 2020-2024 sebesar 18 gigawatt. Kondisi ini menegaskan peran batu bara tetap strategis dalam memenuhi kebutuhan energi listrik, setidaknya untuk sementara waktu.

Kebergantungan sementara pada batu bara ini memengaruhi proyeksi harga global, karena meningkatnya permintaan listrik menimbulkan tekanan bullish. Investor dan produsen di pasar domestik maupun internasional perlu memantau kondisi ini agar strategi produksi dan perdagangan tetap optimal.

Strategi Investor dan Produsen Menghadapi Tren Positif

Bagi investor, tren harga batu bara yang masih positif memberikan peluang menarik untuk masuk atau menambah posisi. Namun, potensi koreksi karena kondisi overbought membuat keputusan perdagangan harus lebih hati-hati. Mengikuti level support dan resistance dapat menjadi panduan penting bagi trader yang ingin memanfaatkan fluktuasi harga jangka pendek.

Sementara itu, produsen batu bara dapat menyesuaikan kapasitas produksi dan strategi penjualan berdasarkan ekspektasi permintaan listrik global. Terutama bagi negara-negara yang menghadapi musim dingin, pasokan batu bara diprediksi tetap menjadi kebutuhan utama.

Dalam konteks domestik, pemerintah dan perusahaan pertambangan juga perlu mempertimbangkan kebijakan ekspor-impor dan pengelolaan stok untuk memanfaatkan tren positif tanpa menimbulkan gejolak harga yang berlebihan.

Peluang dan Risiko Harga Batu Bara Minggu Ini

Secara keseluruhan, harga batu bara berada dalam tren positif dengan tekanan bullish jangka pendek, didukung oleh permintaan listrik yang meningkat menjelang musim dingin. Namun, indikator overbought memberi sinyal agar pelaku pasar tetap waspada terhadap potensi koreksi.

Level support utama berada di US$ 109 per ton, sedangkan resistensi terdekat di US$ 112 per ton. Jika level ini ditembus, harga berpotensi menembus US$ 116-124 per ton, memberikan peluang keuntungan bagi produsen dan investor.

Dengan pemantauan yang cermat terhadap dinamika global, termasuk pembangkitan listrik dari batu bara dan energi terbarukan, para pelaku pasar dapat memaksimalkan peluang sekaligus meminimalkan risiko. Tren positif ini memberi optimisme bagi sektor energi, sekaligus menunjukkan pentingnya batu bara sebagai komoditas strategis di tengah fluktuasi permintaan listrik global.

Terkini