JAKARTA - Di tengah meningkatnya perhatian global terhadap situasi kemanusiaan di Gaza, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertahanan menegaskan komitmennya untuk ikut berperan dalam menjaga stabilitas kawasan tersebut.
Bukan semata respons terhadap dinamika geopolitik, kesiapan ini sekaligus mencerminkan konsistensi Indonesia dalam misi perdamaian dunia. Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menjelaskan bahwa TNI telah menyiapkan pasukan yang akan dikerahkan apabila Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) resmi memberikan mandat kepada Indonesia untuk ikut menjaga perdamaian di Gaza di bawah bendera misi internasional.
Dalam penyampaiannya, Sjafrie menegaskan bahwa langkah tersebut merupakan bagian dari kontribusi Indonesia sebagai negara yang aktif mengedepankan diplomasi dan solusi humanis di tengah konflik global. Pendekatan yang dikedepankan bukan hanya dari sisi militer, tetapi juga dukungan kemanusiaan dan pembangunan, yang sejalan dengan karakter Indonesia dalam berbagai operasi perdamaian di banyak negara sebelumnya.
Kesiapan TNI dalam Misi Perdamaian Internasional
Saat ditemui di Bandara IMIP, Morowali, Sulawesi Tengah, Kamis, Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menyampaikan bahwa TNI telah menyiapkan pasukan untuk menjalankan tugas-tugas perdamaian di bawah payung Perserikatan Bangsa-Bangsa. “TNI sudah mempersiapkan satuannya untuk tugas-tugas perdamaian di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),” ujarnya.
Persiapan yang dilakukan bukan hanya bersifat administratif atau teknis biasa, tetapi telah mencakup pemilihan satuan yang dianggap paling siap menghadapi situasi kompleks di Gaza. Kesiapan tersebut juga menunjukkan bahwa Indonesia tetap mempertahankan posisi aktifnya dalam berbagai misi PBB yang selama ini melibatkan personel TNI dari berbagai satuan terbaik.
Namun demikian, Sjafrie menegaskan bahwa meskipun mandat PBB telah diberikan, keputusan untuk mengirimkan pasukan tetap bergantung pada pemerintah, dalam hal ini Presiden Prabowo Subianto. “Kita tunggu keputusan politik dari pemerintah,” jelasnya. Hal ini menegaskan bahwa proses pengiriman pasukan tidak hanya soal kesiapan militer, tetapi juga keputusan strategis negara yang mempertimbangkan kondisi geopolitik dan kebutuhan nasional.
Persiapan Pasukan dan Peralatan Pendukung
TNI telah menyiapkan 20.000 pasukan untuk kemungkinan diberangkatkan ke Gaza dalam menjalankan misi perdamaian. Pasukan ini berasal dari berbagai satuan dengan spesialisasi berbeda, terutama tenaga kesehatan dan Zeni yang memiliki keahlian dalam bidang konstruksi dan logistik. Keberadaan dua satuan ini menjadi penting karena misi perdamaian modern tidak lagi hanya mengutamakan unsur keamanan, tetapi juga kontribusi dalam pemulihan infrastruktur dan pelayanan kemanusiaan.
Selain kesiapan pasukan, TNI juga telah menyiapkan peralatan penting yang menunjang operasi di lapangan, mulai dari perlengkapan kesehatan hingga alat konstruksi. Dukungan peralatan ini bertujuan memastikan bahwa personel TNI mampu menjalankan tugas secara efektif, baik dalam membantu penanganan korban maupun membangun fasilitas umum di wilayah yang terdampak konflik.
Persiapan menyeluruh tersebut menunjukkan bahwa Indonesia memandang misi Gaza bukan sekadar operasi militer, tetapi sebuah upaya terpadu yang melibatkan aspek kemanusiaan, pembangunan, dan stabilisasi wilayah.
Mandat PBB dan Pembentukan Pasukan Internasional
Sebelumnya, Dewan Keamanan PBB pada Senin (17/11) mengadopsi sebuah resolusi yang disponsori oleh Amerika Serikat (AS) untuk membentuk International Security Force (ISF) di Jalur Gaza. Resolusi tersebut merupakan langkah politik penting untuk menstabilkan situasi di Gaza setelah konflik berkepanjangan yang menimbulkan krisis kemanusiaan.
Berdasarkan resolusi tersebut, ISF akan beroperasi melalui koordinasi dengan Israel dan Mesir, dengan mandat awal selama dua tahun. Mandat ini memberikan ruang bagi negara-negara anggota untuk berpartisipasi dalam operasi guna menegakkan keamanan dan membantu pemulihan Gaza secara menyeluruh.
Dalam pelaksanaannya, pasukan internasional tersebut akan bertugas mengamankan perbatasan Gaza, melindungi warga sipil yang terdampak konflik, menyalurkan bantuan kemanusiaan, serta melatih kembali aparat kepolisian Palestina. Tugas penting lainnya adalah mengawasi proses pelucutan senjata Hamas dan kelompok bersenjata lainnya yang beroperasi di wilayah tersebut.
Dukungan terhadap resolusi ini diperoleh melalui persetujuan 13 negara anggota Dewan Keamanan PBB. Sementara itu, Rusia dan China memilih abstain. Langkah ini menunjukkan bahwa meski tidak ada penolakan langsung, dinamika geopolitik tetap mempengaruhi keputusan negara-negara besar dalam menyikapi isu Gaza.
Harapan Indonesia dalam Misi Gaza
Dengan adanya mandat PBB, peluang Indonesia untuk berkontribusi semakin terbuka. Kesiapan TNI yang telah dibangun sejak awal memperlihatkan bahwa Indonesia ingin mengambil peran aktif dalam memulihkan Gaza melalui pendekatan yang tidak hanya fokus pada sisi keamanan, tetapi juga peningkatan kondisi kemanusiaan dan pembangunan.
Pengiriman pasukan ke Gaza di bawah naungan PBB juga menjadi bukti bahwa Indonesia tetap berkomitmen pada prinsip politik luar negeri bebas aktif. Partisipasi dalam misi internasional ini diharapkan dapat memperkuat kontribusi Indonesia terhadap perdamaian dunia sekaligus memperlihatkan kemampuan TNI dalam menjalankan operasi multidimensi di kawasan konflik.