BPOM

BPOM Dorong Implementasi AI untuk Pengawasan Pangan Olahan

BPOM Dorong Implementasi AI untuk Pengawasan Pangan Olahan
BPOM Dorong Implementasi AI untuk Pengawasan Pangan Olahan

JAKARTA - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam pengawasan pangan olahan.

Di era digital, pengawasan manual tidak lagi cukup menghadapi kompleksitas distribusi produk, peredaran daring, dan risiko penjualan ilegal. Oleh karena itu, AI menjadi keniscayaan untuk menjamin keamanan dan kualitas pangan bagi masyarakat.

AI Jadi Kebutuhan Utama Pengawasan Pangan

Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan BPOM, Elin Herlina, menegaskan bahwa AI tidak lagi bersifat opsional, melainkan menjadi kebutuhan utama dalam sistem pengawasan modern. 

“Pengawasan kini harus menjangkau ranah online, termasuk iklan yang menyesatkan dan juga penjualan ilegal yang tidak bisa lagi ditangani secara manual, bahkan borderless, karena untuk produk-produk yang diproduksi di luar Indonesia juga bisa diedarkan di e-commerce. Oleh karena itu, kemanfaatan kecerdasan artifisial ini bukan lagi menjadi pilihan, melainkan sebuah keniscayaan,” ujar Elin dalam seminar hasil kajian secara daring di Jakarta, Selasa.

Elin menekankan bahwa peredaran pangan olahan saat ini semakin kompleks, dengan banyaknya data terkait sarana produksi, registrasi, hingga hasil pemantauan di pasaran. Pemanfaatan AI termasuk machine learning menjadi bagian dari perencanaan BPOM lima tahun ke depan untuk optimalisasi pengawasan pangan olahan.

Pemanfaatan AI untuk Pengawasan Lebih Cepat dan Akurat

Elin menjelaskan, AI dapat mempercepat proses perizinan pangan olahan, mendeteksi potensi pelanggaran lebih dini, dan mendukung pengambilan keputusan pengawasan secara lebih cepat, akurat, dan komprehensif. “Transformasi SDM ini menjadi fondasi utama dan kita ingin membangun insan pengawas pangan olahan yang tidak hanya melek digital, tetapi juga kritis, adaptif, dan juga berintegritas,” tambahnya.

BPOM menekankan bahwa sumber daya manusia (SDM) bukan sekadar operator sistem. Mereka harus menjadi analis risiko yang cerdas, mampu membaca data, memahami risiko, dan mengambil keputusan berbasis bukti untuk mengembangkan sistem dan program pengawasan lebih andal.

Kolaborasi Lintas Lembaga untuk Optimalisasi AI

Senada dengan Elin, Direktur Strategi dan Kebijakan Teknologi Pemerintah Digital, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), Aries Kusdaryono, menekankan pentingnya persiapan regulasi terkait implementasi AI di lembaga pemerintah. “Kecerdasan artifisial ini bukan menggantikan, tapi untuk membantu peningkatan kinerja ASN itu sendiri. Hal-hal yang dilakukan repetitif atau secara rutin dilakukan, kita bisa menggunakan kecerdasan artifisial ini,” ujar Aries.

Menurut Aries, AI mampu meningkatkan efisiensi birokrasi melalui otomatisasi tugas administrasi sehingga Aparatur Sipil Negara (ASN) dapat fokus pada tugas strategis yang membutuhkan analisa dan pengambilan keputusan. Hal ini sejalan dengan visi BPOM untuk menciptakan pengawasan pangan yang adaptif dan responsif terhadap perubahan pasar.

Meningkatkan Keamanan Pangan di Era Digital

Penerapan AI dalam pengawasan pangan olahan juga menjadi jawaban atas tantangan perdagangan global dan e-commerce. Produk pangan yang diproduksi di luar negeri dapat dengan mudah masuk ke pasar Indonesia melalui platform digital. Dengan AI, BPOM dapat mendeteksi penjualan ilegal atau iklan menyesatkan lebih cepat, sehingga risiko bagi konsumen dapat diminimalkan.

Selain itu, pemanfaatan AI diharapkan mendukung kolaborasi lintas lembaga, termasuk BPOM, Komdigi, dan Barantin, untuk memperkuat pengawasan pangan nasional secara terpadu. Hal ini sejalan dengan tujuan menjaga kualitas dan keamanan produk pangan yang beredar di pasar domestik maupun internasional.

Transformasi SDM sebagai Fondasi Keberhasilan AI

BPOM menekankan bahwa teknologi AI tidak akan optimal tanpa dukungan SDM yang kompeten. Transformasi SDM menjadi kunci agar pengawasan dapat berjalan efektif dan adaptif. SDM diharapkan tidak hanya memahami digital, tetapi mampu menganalisis risiko, mengambil keputusan berbasis data, dan menjaga integritas dalam setiap pengawasan.

Dengan pendekatan ini, BPOM berupaya menciptakan sistem pengawasan pangan olahan yang lebih cepat, efisien, dan andal. Transformasi teknologi dan SDM akan menjadikan pengawasan lebih responsif terhadap dinamika pasar, baik dalam negeri maupun global.

Langkah Strategis Menuju Era Pengawasan Digital

Elin Herlina menegaskan bahwa integrasi AI dan transformasi SDM menjadi strategi jangka panjang BPOM untuk memperkuat pengawasan pangan olahan. Penerapan machine learning dan sistem digital lainnya diharapkan menjadi standar pengawasan modern, seiring meningkatnya jumlah produk dan kompleksitas distribusi di pasar.

Kolaborasi lintas lembaga, penguatan SDM, dan pemanfaatan AI menjadi fondasi utama untuk menciptakan pengawasan pangan olahan yang adaptif, efisien, dan mampu memberikan perlindungan maksimal bagi konsumen.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index