Pelindo

Pelindo Dorong Pembangunan Pelabuhan Transhipment, Ini Keuntungan dan Tantangannya

Pelindo Dorong Pembangunan Pelabuhan Transhipment, Ini Keuntungan dan Tantangannya
Pelindo Dorong Pembangunan Pelabuhan Transhipment, Ini Keuntungan dan Tantangannya

JAKARTA — PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo tengah menyiapkan strategi untuk menghadirkan pelabuhan transhipment di Indonesia, dengan tujuan memperkuat posisi negara dalam logistik global dan bersaing dengan pelabuhan di Singapura maupun Malaysia. 

Pelabuhan transhipment menjadi titik vital karena berfungsi sebagai pusat transit kargo internasional, memperpendek waktu pengiriman, serta membuka rute langsung ke berbagai negara.

Hingga 2024, Pelindo telah menangani 18,8 juta TEUs, namun hampir seluruhnya terdiri dari kargo lokal. “Ke depannya kami akan mencoba mendorong transhipment untuk bisa berkompetisi dengan tetangga-tetangga kita,” ungkap Arif.

Persaingan Regional dan Tantangan Indonesia

Pelabuhan di Singapura, Tanjung Pelepas, dan Port Klang di Malaysia, menikmati aktivitas logistik lebih tinggi karena menjadi titik transit utama. Dari 18,8 juta TEUs yang dilayani Pelindo, sekitar 8,5 juta merupakan kargo internasional. Lebih dari tiga juta kontainer melakukan transit di tiga pelabuhan regional tersebut: 2,2 juta kontainer di Singapura, 650 ribu di Tanjung Pelepas, dan 300 ribu di Port Klang.

Situasi ini menunjukkan bahwa Indonesia kehilangan peluang besar dalam transaksi kargo internasional karena sebagian besar harus transit di pelabuhan luar negeri sebelum mencapai tujuan akhir di Tanah Air.

Potensi Strategis Selat Malaka

Pelindo menilai Selat Malaka sebagai lokasi strategis untuk pelabuhan transhipment baru. Dengan letaknya yang sejalan dengan jalur pelayaran internasional, lokasi ini berpotensi menarik arus kargo yang selama ini melewati pelabuhan regional. Keberadaan pelabuhan sebagai lokasi transit sangat penting, mengingat Tanjung Priok, pelabuhan terbesar Indonesia, saat ini hanya terhubung dengan kurang dari 10 pelabuhan internasional.

Sebagai perbandingan, Singapura memiliki konektivitas ke 144 pelabuhan global, sedangkan Malaysia menghubungkan lebih dari 50 pelabuhan. “Bagaimana menghubungkan Indonesia secara ekonomi ke dunia global adalah melalui transhipment. Kalau lebih lama karena transit di tempat lain, implikasinya ke biaya juga,” jelas Arif.

Analisis Untung-Rugi Transhipment

Arif mengakui bahwa dari sisi komersial, pelabuhan transhipment kurang menguntungkan. Tarif layanan transhipment hanya separuh dari tarif gateway lokal, meski aktivitas operasional hampir sama. Hal ini berarti keuntungan finansial per operasional cenderung lebih rendah dibanding pelabuhan gateway biasa.

Namun, dari perspektif ekonomi nasional, transhipment justru memiliki manfaat strategis. Pelabuhan transhipment mampu mengurangi waktu transit, membuka rute langsung ke lebih banyak negara, dan menurunkan biaya logistik secara bertahap. “Secara finansial itu tidak menarik. Aktivitasnya sama, biayanya sama, tapi tarifnya bisa separuh. Namun secara ekonomi, transhipment bagus untuk negara,” tegasnya.

Pembangunan Transhipment sebagai Program Nasional

Arif menekankan bahwa pembangunan pelabuhan transhipment sebaiknya tidak hanya menjadi agenda korporasi Pelindo, melainkan program nasional yang melibatkan pemerintah. Sinergi ini diharapkan mampu memastikan keberhasilan pelabuhan transhipment dalam memperkuat konektivitas global Indonesia dan meningkatkan daya saing ekspor.

Untuk mewujudkan transhipment, kolaborasi dengan Agen Pelayaran Asing atau Main Line Operator (MLO) menjadi hal penting. “Jadi bagaimana menghubungkan Indonesia secara ekonomi ke dunia global adalah transhipment. Ini yang kami coba dorong kepada pemerintah, bahwa ini harus menjadi program bersama,” tambahnya.

Manfaat Strategis Bagi Ekonomi Nasional

Keberadaan pelabuhan transhipment tidak hanya bermanfaat bagi logistik, tetapi juga memberikan dampak positif pada ekonomi nasional. Dengan mempersingkat waktu transit dan membuka akses langsung ke pelabuhan internasional, biaya logistik dapat ditekan, meningkatkan efisiensi rantai pasok, serta membuka peluang ekspor baru.

Transhipment juga memungkinkan Indonesia memaksimalkan posisi geografisnya di jalur pelayaran internasional. Pelindo berharap pengembangan transhipment dapat menarik minat investor global, mendorong pertumbuhan industri logistik domestik, dan memperkuat daya saing produk Indonesia di pasar internasional.

Langkah Ke Depan dan Kolaborasi Internasional

Meski memiliki potensi besar, pengembangan pelabuhan transhipment menghadapi sejumlah tantangan, termasuk kebutuhan investasi besar, koordinasi dengan operator global, dan penyesuaian tarif yang kompetitif. Oleh karena itu, dibutuhkan sinergi antara pemerintah, Pelindo, dan pelaku industri logistik internasional.

Dengan pendekatan strategis ini, Indonesia berpeluang menyaingi pelabuhan regional sekaligus meningkatkan kapasitas logistik nasional. Keberhasilan transhipment akan berdampak luas pada daya saing ekspor, efisiensi biaya logistik, dan penguatan posisi Indonesia di pasar global.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index