JAKARTA - Kondisi likuiditas valuta asing di perbankan nasional Indonesia tetap menunjukkan ketahanan yang kuat, meski belakangan sejumlah bank BUMN menaikkan suku bunga deposito dolar Amerika Serikat hingga 4% per tahun.Citi Indonesia menilai hal ini tidak mencerminkan adanya kelangkaan likuiditas, melainkan merupakan strategi pasar untuk menjaga daya tarik simpanan.
Loan to Deposit Ratio Valas Tetap Aman di 63 Persen
CEO Citi Indonesia, Batara Sianturi, menekankan bahwa rasio kredit terhadap pendanaan (loan to deposit ratio/LDR) untuk valuta asing berada di kisaran 63%. Rasio ini menunjukkan keseimbangan yang sehat antara pemberian kredit dan dana yang tersedia, sehingga tidak ada indikasi kekurangan likuiditas dolar di sistem perbankan nasional. “Yang bisa kami sampaikan bahwa as far as the overall LDR untuk foreign currency itu masih cukup memadai,” ujar Batara.
Fokus Citi pada Institutional Banking Tanpa Deposito Ritel
Batara menambahkan bahwa Citi Indonesia saat ini sepenuhnya fokus pada segmen institutional banking, sehingga bank tersebut tidak lagi melayani deposito ritel. Dengan demikian, Citi tidak mengikuti tren kenaikan suku bunga deposito dolar AS di pasar. Strategi ini menunjukkan bahwa meskipun pasar deposito valas mengalami perubahan suku bunga, bank yang berfokus pada klien institusional dapat tetap stabil tanpa ikut serta dalam persaingan suku bunga deposito ritel.
Proyeksi Penurunan Suku Bunga Global Berpotensi Memengaruhi Deposito
Selain itu, Citi memproyeksikan arah suku bunga global cenderung menurun, seiring potensi pemangkasan suku bunga The Fed pada Desember 2025, serta Januari dan Maret 2026. “Mudah-mudahan juga ini akan impact kepada suku dana pihak ketiga untuk dollar,” jelas Batara. Jika prediksi ini terjadi, maka biaya dana pihak ketiga dalam mata uang dolar kemungkinan akan menurun, sehingga tekanan terhadap bank terkait deposito valas bisa berkurang.
Kenaikan Suku Bunga Deposito Dolar AS oleh Bank BUMN
Empat bank BUMN, yakni BRI, BNI, Bank Mandiri, dan BTN, serta BSI yang merupakan anak usaha BMRI, baru-baru ini menaikkan suku bunga deposito dolar AS menjadi 4% per tahun. Kenaikan ini berlaku efektif mulai 5 November 2025 untuk semua tingkatan nominal dan tenor simpanan. Sebelumnya, suku bunga deposito valas di bank-bank BUMN berkisar antara 0,20% hingga 2,5% per tahun. Langkah ini dilakukan untuk menjaga daya tarik simpanan nasabah dan meningkatkan likuiditas dalam denominasi dolar.
OJK Ingatkan Bank Terkait Transparansi dan Perlindungan Nasabah
Menanggapi kenaikan suku bunga tersebut, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengingatkan bank pelat merah untuk tetap menjaga transparansi dan perlindungan konsumen.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menyatakan bahwa bank wajib memberikan informasi yang jelas mengenai karakteristik risiko dan imbal hasil produk deposito valas, terutama risiko nilai tukar yang melekat pada simpanan dalam mata uang asing. “Hal ini menjadi bagian dari komitmen OJK dalam memastikan pasar jasa keuangan berfungsi secara adil dan efisien,” kata Dian.
Sikap Stabil Citi Indonesia Mencerminkan Kondisi Perbankan Sehat
Langkah Citi Indonesia yang tetap menjaga fokus pada institutional banking menunjukkan bahwa meski terjadi dinamika suku bunga deposito valas, kondisi perbankan nasional tetap sehat dan likuiditas valuta asing masih memadai. Rasio LDR yang stabil menjadi indikator penting bahwa bank-bank nasional mampu menyeimbangkan pemberian kredit dengan dana yang tersedia, sehingga risiko kelangkaan likuiditas dapat diminimalkan.
Pentingnya Pengelolaan Likuiditas Valas bagi Stabilitas Sistem Keuangan
Batara menekankan bahwa pengelolaan likuiditas valas yang tepat menjadi kunci untuk menjaga stabilitas sistem keuangan, terutama di tengah kondisi ekonomi global yang dinamis. Suku bunga deposito valas yang meningkat di beberapa bank tidak serta-merta mencerminkan ketegangan likuiditas, melainkan strategi untuk menarik dana pihak ketiga dan memperkuat posisi bank. Dengan demikian, masyarakat maupun pelaku institusi tidak perlu khawatir terhadap kelangsungan likuiditas valas nasional.
Sinergi dengan Regulasi dan Prediksi Ekonomi Global
Selain menjaga likuiditas internal, bank juga perlu menyesuaikan strategi dengan prediksi suku bunga global. Penurunan suku bunga The Fed yang diperkirakan terjadi dalam beberapa bulan mendatang bisa mempengaruhi pergerakan suku bunga deposito valas di pasar domestik. Dengan adanya sinergi antara manajemen bank dan regulasi OJK, pengelolaan risiko dan transparansi nasabah diharapkan tetap optimal.
Likuiditas Valas Masih Terkendali dengan Strategi Tepat
Secara keseluruhan, kondisi likuiditas valuta asing di perbankan nasional Indonesia masih sangat memadai. Meski ada kenaikan suku bunga deposito valas oleh bank BUMN, rasio LDR yang stabil, fokus Citi pada institutional banking, serta pengawasan OJK memastikan bahwa sistem perbankan tetap sehat. Langkah-langkah ini sekaligus memperlihatkan bahwa pengelolaan likuiditas valas dapat dilakukan tanpa menimbulkan risiko keuangan yang signifikan bagi bank dan nasabah.