JAKARTA – Dunia perfilman Indonesia kembali menghadirkan tontonan baru yang memadukan horor dan komedi dengan sentuhan budaya unik. Film berjudul Pesugihan Sate Gagak dijadwalkan tayang di seluruh bioskop Indonesia pada 13 November 2025.
Alih-alih menampilkan pesugihan untuk manusia, film ini menghadirkan konsep yang berbeda: pesugihan diberikan untuk setan.
Dalam budaya Jawa, pesugihan biasanya membutuhkan tumbal manusia sebagai syarat memperoleh kekayaan instan. Namun, Pesugihan Sate Gagak menawarkan cerita yang nyeleneh dan gelap sekaligus lucu: tumbal diganti dengan sate burung gagak yang dijual kepada makhluk halus. Tradisi ini memang tidak begitu dikenal luas, tetapi berkembang di beberapa wilayah Jawa Timur, terutama di tempat-tempat yang dianggap horor, seperti kuburan, hutan sepi, dan gunung.
Cerita Tiga Sahabat dalam Lilitan Hidup
Film ini mengikuti kisah tiga sahabat, Anto (Ardit Erwandha), Dimas (Yono Bakrie), dan Indra (Benidictus Siregar), yang hidupnya penuh kesulitan. Tekanan ekonomi dan tumpukan utang membuat ketiganya berada di titik putus asa. Anto harus menyiapkan mahar puluhan juta untuk menikahi kekasihnya, Andini (Yoriko Angeline). Dimas ingin membantu usaha ibunya agar tetap bertahan, sementara Indra terjebak utang pinjaman online yang membelitnya sampai leher.
Dalam kondisi genting itu, mereka menemukan buku mantra pesugihan kuno peninggalan kakek Indra. Ide paling nekat pun muncul: membuat pesugihan tanpa tumbal manusia, cukup dengan menjual sate dari daging burung gagak kepada demit. Sejak itu, kisah horor dan komedi mulai bergulir.
Setan Jadi Pelanggan Pertama
Trio Gagak awalnya hanya mencoba cara instan untuk keluar dari lilitan hidup. Tidak disangka, pembeli pertama mereka bukan manusia, melainkan makhluk halus. Genderuwo, pocong, hingga kuntilanak rela antre demi membeli sate gagak tersebut, bahkan membayar dengan harga tinggi. Kekayaan instan pun menghampiri mereka: utang lunas, hidup lebih mapan, dan kebahagiaan Anto dan Andini sempat terasa sempurna.
Namun, kebahagiaan ini ternyata bersifat sementara. Rahasia pesugihan yang mereka simpan mulai menimbulkan masalah. Setan-setan yang rakus dan lapar tidak berhenti datang, menagih sate, hingga mengancam keselamatan Trio Gagak. Situasi yang awalnya lucu berubah menjadi menegangkan dan menakutkan.
Komedi Gelap dengan Nuansa Budaya
Pesugihan Sate Gagak bukan sekadar film horor biasa. Film ini menampilkan humor yang gelap, memanfaatkan situasi absurd ketika manusia berinteraksi dengan makhluk halus. Adegan-adegan konyol yang melibatkan genderuwo, pocong, dan kuntilanak menghadirkan ketegangan sekaligus tawa, membuat penonton merasa terhibur sekaligus penasaran dengan kelanjutan ceritanya.
Selain hiburan, film ini juga menghadirkan sentuhan budaya Jawa yang jarang ditampilkan di layar lebar. Konsep pesugihan yang biasanya dikaitkan dengan hal mistis dan manusia, diubah menjadi cerita kuliner supranatural yang menarik dan berbeda. Penonton tidak hanya disuguhi horor, tetapi juga mengenal tradisi lokal yang unik.
Perpaduan Horor dan Komedi untuk Semua Penonton
Film ini mengusung keseimbangan antara ketegangan horor dan kelucuan komedi. Sementara adegan setan-setan yang lapar menghadirkan rasa takut, tingkah konyol Trio Gagak dan interaksi mereka dengan makhluk halus memunculkan humor. Pendekatan ini membuat film dapat dinikmati oleh penonton yang menyukai horor ringan sekaligus komedi yang menghibur.
Selain itu, visualisasi yang digunakan menghadirkan nuansa misterius khas Jawa. Lokasi hutan sepi, kuburan, dan gunung sebagai latar pesugihan memberikan kesan realistis, sekaligus menambah ketegangan dalam setiap adegan. Musik dan efek suara pun mendukung suasana, membuat penonton ikut merasakan campuran horor dan humor secara bersamaan.
Cerita Moral di Balik Sate Gagak
Meskipun terlihat lucu, film ini juga membawa pesan moral tentang konsekuensi dari cara instan meraih kekayaan. Ketiganya belajar bahwa jalan pintas tidak selalu membawa kebahagiaan, dan keserakahan atau rahasia yang disembunyikan dapat membawa malapetaka. Pesan ini dibungkus dengan cara yang ringan dan menghibur, tanpa kehilangan nuansa horor yang menegangkan.
Bagi pecinta film horor-komedi, Pesugihan Sate Gagak menjanjikan pengalaman berbeda di bioskop. Cerita yang unik, humor gelap yang cerdas, serta latar budaya Jawa membuat film ini layak ditonton. Penonton dapat menyaksikan kelucuan dan ketegangan saat Trio Gagak menghadapi makhluk halus yang tak terkendali, serta menyimak bagaimana rahasia pesugihan akhirnya mengubah hidup mereka.
Pesugihan Sate Gagak adalah film horor-komedi dengan konsep unik: pesugihan untuk setan melalui kuliner mistis. Cerita ini menggabungkan ketegangan horor, humor gelap, dan budaya lokal Jawa, menjadikannya tontonan yang berbeda dari film horor biasa.
Penonton akan diajak tertawa, terkejut, sekaligus penasaran dengan kelanjutan kisah Trio Gagak dan sate gagak mereka. Film ini mulai tayang di bioskop seluruh Indonesia pada 13 November 2025, dan siap menyuguhkan pengalaman menegangkan sekaligus menghibur bagi semua penonton.