Ekspor Udang

Nilai Ekspor Udang Indonesia ke Eropa Naik Signifikan Meski AS Terbesar

Nilai Ekspor Udang Indonesia ke Eropa Naik Signifikan Meski AS Terbesar
Nilai Ekspor Udang Indonesia ke Eropa Naik Signifikan Meski AS Terbesar

JAKARTA - Indonesia terus memperlihatkan kekuatan di pasar ekspor udang global.

Berdasarkan laporan terbaru Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Amerika Serikat (AS) masih menjadi pasar utama udang Indonesia dengan pangsa mencapai 63,1% dari total ekspor. Namun, tren terbaru menunjukkan lonjakan signifikan di pasar Uni Eropa yang meningkat 57,5% secara year on year (YoY).

Direktur Pemberdayaan Usaha Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Catur Sarwanto, memaparkan bahwa ekspor udang ke AS selama periode Januari hingga September 2025 mencapai US$881,27 juta dengan volume 99,17 ribu ton, naik 16,3% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. 

“Udang masih terjadi peningkatan sampai dengan September. Ini menunjukkan bahwa terkait kondisi yang ada, kita dapat memulihkan kondisi dengan cepat, yang dibuktikan dengan peningkatan ekspor sampai triwulan III,” ujarnya.

Secara keseluruhan, nilai ekspor udang Indonesia ke seluruh dunia mencapai US$1,40 miliar hingga September 2025. Hanya pada bulan September saja, ekspor udang meningkat 16,6% dibandingkan bulan sebelumnya. Lonjakan ini mencerminkan permintaan global yang tetap tinggi meski ada berbagai tantangan, termasuk isu cemaran zat radioaktif beberapa bulan terakhir.

Selain AS, pasar utama ekspor udang Indonesia lainnya adalah Jepang dengan nilai US$230,86 juta atau tumbuh 8,1% dan pangsa 16,5%, China US$74,34 juta atau naik 18,9% dengan pangsa 5,3%, Uni Eropa US$57 juta atau tumbuh 57,5% dan pangsa 4,2%, serta ASEAN US$37,48 juta dengan pertumbuhan 20% dan pangsa 2,7%. Peningkatan signifikan di Uni Eropa menandakan adanya diversifikasi pasar yang mulai berhasil dijalankan oleh KKP.

KKP menekankan bahwa udang masih menjadi komoditas unggulan ekspor produk perikanan Indonesia, diikuti oleh tuna-cakalang-tongkol senilai US$763,51 juta, cumi-sotong-gurita US$574,75 juta, rajungan-kepiting US$377,65 juta, dan rumput laut US$233,86 juta. Dari total ekspor produk perikanan Indonesia, ekspor udang menyumbang 30,9%, menunjukkan dominasi udang sebagai kontributor utama.

Catur menambahkan bahwa peningkatan ekspor ini tidak hanya terjadi ke AS. Pasar selain Amerika menunjukkan tren positif, termasuk Eropa yang meningkat 57%, Tiongkok sekitar 18,9%, dan Asia Tenggara sebesar 20%. 

Menurutnya, keberhasilan ini juga didukung upaya KKP melalui penjajakan bisnis, business matching, dan kerja sama dengan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) maupun asosiasi perdagangan terkait. “Terlihat dari data, terjadi peningkatan di pasar-pasar selain Amerika, seperti di Eropa yang justru meningkat cukup besar sekitar 57%, dan juga tentu Tiongkok itu cukup tinggi dan Asia sendiri juga sebesar 20%,” ungkap Catur.

Nilai ekspor produk perikanan Indonesia sampai September 2025 tercatat mencapai US$4,52 miliar atau naik 6,7% YoY. Sementara itu, nilai impor produk perikanan tercatat US$0,46 miliar atau meningkat 26,3% YoY. 

Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia tetap menjadi negara net eksportir produk perikanan dengan rasio impor hanya sekitar 10,3% dari nilai ekspor. Neraca perdagangan sektor ini mengalami surplus sebesar US$4,06 miliar, naik 4,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Kenaikan ekspor udang ke Eropa, meskipun AS tetap dominan, mencerminkan keberhasilan strategi diversifikasi pasar yang diterapkan oleh KKP. Faktor ini juga menjadi langkah antisipatif menghadapi fluktuasi permintaan di pasar utama, sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu pemain besar di pasar udang dunia.

Selain aspek volume dan nilai ekspor, kualitas produk udang Indonesia juga menjadi daya tarik bagi pasar global. Dengan standar pengolahan dan pengiriman yang mengikuti protokol internasional, konsumen di Amerika, Eropa, dan Asia tetap mempercayai udang Indonesia sebagai produk bernilai tinggi dan aman dikonsumsi.

Dalam konteks global, lonjakan ekspor ke Eropa ini menjadi sinyal positif bagi industri perikanan nasional. Permintaan yang meningkat, meski AS tetap sebagai pangsa terbesar, menunjukkan bahwa upaya pemerintah untuk membuka pasar baru dan memperkuat hubungan dagang dengan negara-negara Eropa membuahkan hasil.

Catur Sarwanto menambahkan bahwa KKP akan terus memantau kondisi pasar global, memastikan kualitas produk tetap terjaga, serta mengoptimalkan strategi ekspor ke berbagai wilayah. Fokus pada inovasi, standar kualitas tinggi, dan kerja sama dengan pelaku industri menjadi kunci agar tren positif ini berlanjut.

Dengan pertumbuhan ekspor yang stabil dan diversifikasi pasar yang mulai terlihat hasilnya, industri udang Indonesia diprediksi akan semakin kompetitif di panggung internasional. Lonjakan ekspor ke Eropa sebesar 57,5% menjadi bukti nyata bahwa komoditas unggulan ini mampu merespons permintaan global dan tetap menjadi sumber devisa penting bagi negara.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index