JAKARTA - Sejumlah gangguan pada sistem reproduksi perempuan kerap berkembang tanpa gejala yang jelas, sehingga baru terdeteksi ketika muncul keluhan berulang atau kesulitan hamil.
Beberapa kondisi yang cukup sering ditemui ialah Polycystic Ovary Syndrome (PCOS), polip endometrium, dan miom. Pakar reproduksi menekankan pentingnya deteksi dini agar penanganan bisa lebih efektif dan risiko komplikasi berkurang.
PCOS: Gangguan Hormonal yang Berhubungan dengan Gaya Hidup
Polycystic Ovary Syndrome atau PCOS merupakan gangguan hormonal yang dapat memengaruhi ovulasi dan kesuburan. Dr. dr. Gita Pratama, Sp.OG, Subsp. FER., M.Rep.Sc, menjelaskan bahwa gaya hidup sedentari menjadi salah satu faktor pemicu PCOS. “Memang yang saat ini paling berhubungan dengan gangguan gaya hidup adalah infertilitas yang disebabkan oleh gangguan ovulasi,” kata dr. Gita.
Kebiasaan terlalu banyak duduk, jarang bergerak, dan pola makan kurang sehat dapat meningkatkan berat badan dan obesitas, yang pada gilirannya memperburuk gejala PCOS. Perempuan yang sudah menikah juga sering mengalami kesulitan hamil akibat gangguan ovulasi ini. Gejala PCOS biasanya berupa siklus menstruasi yang tidak teratur—misalnya haid mundur seminggu, sebulan, atau lebih, bahkan bisa terjadi dua kali dalam sebulan.
Polip Endometrium: Tumor Jinak yang Bisa Mengganggu Implantasi
Selain PCOS, polip endometrium termasuk gangguan reproduksi yang kerap tidak menimbulkan gejala. Polip adalah pertumbuhan jaringan jinak di dalam rahim yang bisa menghambat proses implantasi embrio. Dr. Gita menjelaskan, meski sering tidak bergejala, beberapa pasien mungkin mengalami bercak darah di luar jadwal menstruasi atau flek setelah menstruasi. “Kalau pasien yang haidnya enggak teratur, kemudian ditemukan ada gangguan hormon, itu biasanya tumbuh polip,” jelasnya.
Polip bisa muncul akibat gangguan hormon maupun infeksi. Untuk mendiagnosis dan sekaligus mengangkat polip, dokter biasanya menggunakan histeroskopi, prosedur minimal invasif yang efektif dan aman bagi pasien.
Miom: Tumor Jinak yang Dipengaruhi Faktor Genetik
Miom atau leiomioma merupakan tumor jinak yang sering muncul di rahim dan umumnya dipicu oleh faktor genetik. Berbeda dengan polip, miom tidak selalu berhubungan dengan infeksi atau gangguan hormon. Miom dapat menyebabkan perdarahan menstruasi yang berlebihan dan berkepanjangan, yang berpotensi menimbulkan anemia dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Ukuran miom bervariasi; sebagian besar ditemukan dalam ukuran kecil dan tidak menimbulkan gejala. Namun, jika miom menonjol ke rongga rahim menjadi mioma submukosum, perdarahan bisa semakin sulit dihentikan dan meningkatkan risiko infertilitas. “Miom itu bisa saja ada pada perempuan tanpa disadari. Namun ada yang mudah membesar dan jumlahnya lebih dari satu,” ungkap dr. Gita.
Kapan Perempuan Perlu Berkonsultasi ke Dokter?
Deteksi dini menjadi kunci agar gangguan reproduksi dapat ditangani secara tepat. Perempuan dianjurkan untuk memeriksakan diri ke dokter spesialis kandungan apabila mengalami:
Haid tidak teratur atau sangat jarang
Perdarahan menstruasi berlebihan
Flek di luar siklus haid
Nyeri panggul berulang
Kesulitan hamil setelah mencoba beberapa waktu
Pentingnya Gaya Hidup Sehat dan Nutrisi
Dr. Gita menekankan, selain deteksi dini, gaya hidup aktif dan asupan nutrisi seimbang juga penting untuk mendukung kesehatan reproduksi. Olahraga teratur, menjaga berat badan ideal, dan konsumsi makanan bergizi dapat menurunkan risiko gangguan hormon dan meningkatkan peluang ovulasi normal.
Selain itu, edukasi mengenai kesehatan reproduksi sangat dibutuhkan agar perempuan menyadari perubahan pada tubuhnya sejak dini, mengurangi stigma, dan mendorong pemeriksaan rutin. Pola hidup sehat juga membantu meminimalkan risiko komplikasi dari PCOS, polip, maupun miom.
Gangguan reproduksi seperti PCOS, polip endometrium, dan miom sering berkembang tanpa gejala jelas. Deteksi dini melalui pemeriksaan medis rutin, pengaturan gaya hidup aktif, dan pola makan sehat menjadi strategi utama dalam mencegah komplikasi serta menjaga kesuburan perempuan. Dengan penanganan tepat, perempuan tetap bisa merencanakan kehamilan dengan lebih aman dan sehat.