JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Rabu, 19 November 2025, diperkirakan bergerak fluktuatif dengan kecenderungan melemah.
Data Bloomberg mencatat rupiah ditutup melemah 0,09% menjadi Rp16.751 per dolar AS pada perdagangan Selasa, 18 November 2025. Rentang perdagangan hari ini diperkirakan berada di kisaran Rp16.750–Rp16.770 per dolar AS.
Pergerakan ini dipengaruhi oleh dinamika pasar global dan dalam negeri, serta ketidakpastian kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed). Investor dan pelaku pasar menunggu indikasi terbaru terkait arah suku bunga acuan di AS, terutama setelah penutupan pemerintah terpanjang dalam sejarah yang menunda sejumlah data ekonomi penting.
Mayoritas Mata Uang Asia Melemah terhadap Dolar AS
Selain rupiah, mayoritas mata uang Asia juga menunjukkan pelemahan terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 0,15%, dolar Hong Kong melemah 0,11%, dolar Singapura menguat 0,02%, dan dolar Taiwan melemah 0,12%. Sementara itu, won Korea Selatan turun 0,43%, peso Filipina melemah 0,12%, rupee India stagnan, yuan China melemah 0,08%, ringgit Malaysia melemah 0,43%, dan baht Thailand menguat 0,06%.
Penguatan atau pelemahan mata uang regional ini menunjukkan tekanan yang bervariasi di pasar Asia. Fluktuasi ini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pergerakan rupiah, karena investor menimbang risiko dan potensi return dari masing-masing mata uang.
Fokus Pasar pada Kebijakan The Fed
Pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, menyampaikan bahwa pelaku pasar saat ini masih mencari arah kebijakan The Fed. Beberapa pejabat The Fed, termasuk Presiden The Fed Atlanta Bostic dan Presiden The Fed Kansas City Schmid, telah mengungkapkan kekhawatiran terkait inflasi dan memberikan sinyal kemungkinan mempertahankan suku bunga.
Data penting yang ditunggu pelaku pasar adalah risalah Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) Oktober yang akan dirilis Rabu ini, serta data Nonfarm Payrolls bulan September dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) yang akan dirilis Kamis. Menurut Ibrahim, CME Fedwatch memperkirakan peluang 42,4% untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin dan peluang 57,6% untuk mempertahankan suku bunga.
Kondisi Utang Luar Negeri Indonesia Stabil
Di dalam negeri, Bank Indonesia mencatat pertumbuhan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia melambat per Oktober 2025. Total ULN tercatat sebesar US$424,4 miliar, menurun dari posisi Juli 2025 sebesar US$432,3 miliar. Secara tahunan, ULN Indonesia terkontraksi 0,6% (yoy) pada Kuartal III/2025, turun dibandingkan pertumbuhan 6,4% (yoy) pada triwulan II/2025.
Pertumbuhan ULN pemerintah juga melambat. Posisi ULN pemerintah pada Kuartal III/2025 tercatat US$210,1 miliar, tumbuh 2,9% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan 10% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Perlambatan ini mencerminkan upaya pemerintah untuk menjaga stabilitas fiskal di tengah dinamika global.
Dampak Fluktuasi Rupiah bagi Investor dan Bisnis
Fluktuasi rupiah terhadap dolar AS berdampak langsung pada pelaku bisnis dan investor, terutama yang bergantung pada impor maupun perdagangan internasional. Pelemahan rupiah menambah beban biaya impor, sementara penguatan rupiah dapat menurunkan harga barang impor.
Investor valuta asing juga menyesuaikan strategi portofolio mereka, mengingat volatilitas yang terjadi di pasar regional dan global. Ketidakpastian terkait keputusan suku bunga The Fed menjadi faktor utama yang diperhatikan dalam pengambilan keputusan investasi jangka pendek maupun menengah.
Strategi Menghadapi Pergerakan Rupiah
Bagi pelaku bisnis dan investor, penting untuk memantau perkembangan nilai tukar secara rutin dan mengantisipasi fluktuasi dengan strategi hedging atau diversifikasi aset. Dengan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi rupiah, pelaku pasar dapat menekan risiko dan menjaga stabilitas keuangan mereka.
Bank Indonesia juga terus memantau kondisi pasar valuta asing dan likuiditas domestik, memastikan pergerakan rupiah tetap berada dalam koridor stabil serta tidak menimbulkan gejolak yang berdampak sistemik bagi perekonomian nasional.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini bergerak fluktuatif dengan kecenderungan melemah. Faktor global, khususnya kebijakan The Fed dan perilisan data ekonomi penting, mempengaruhi pergerakan mata uang. Di sisi domestik, perlambatan utang luar negeri menunjukkan stabilitas fiskal Indonesia. Pelaku pasar diimbau untuk tetap waspada, memantau tren pergerakan rupiah, dan menyesuaikan strategi bisnis maupun investasi mereka untuk menghadapi volatilitas yang mungkin terjadi.