3 Saran Psikiater untuk Atasi Overthinking agar Pikiran Lebih Tenang

Rabu, 19 November 2025 | 08:10:57 WIB
3 Saran Psikiater untuk Atasi Overthinking agar Pikiran Lebih Tenang

JAKARTA - Di tengah ritme hidup yang semakin cepat, banyak orang merasa pikirannya penuh oleh hal-hal yang belum tentu terjadi. 

Kondisi ini sering dikenal sebagai overthinking, yaitu kebiasaan memikirkan sesuatu secara berlebihan hingga membuat tubuh dan pikiran terasa lelah. Fenomena ini bukan hanya dirasakan oleh beberapa orang saja, tetapi menjadi kecenderungan umum di banyak kalangan, terutama ketika seseorang menghadapi tekanan, tuntutan, atau kekhawatiran tertentu. 

Menariknya, pola overthinking hadir dalam berbagai bentuk dan tidak selalu disadari oleh individu yang mengalaminya. Hal inilah yang dijelaskan oleh dokter spesialis kedokteran jiwa atau psikiater Eva Suryani dari RS EMC Alam Sutera, yang memaparkan beragam tipe overthinking serta memberikan saran praktis untuk menenangkan pikiran.

Menurut Eva, pola overthinking bisa muncul dari berbagai sumber dan dapat memengaruhi cara seseorang mengambil keputusan, menjalani aktivitas, hingga menentukan kualitas hidup. Ada mereka yang terlalu larut pada kejadian masa lalu, sehingga merasa terus dihantui oleh kesalahan yang seharusnya sudah selesai. 

Ada pula yang terlalu fokus pada masa depan, merasa takut jika sesuatu tidak berjalan sesuai rencana. Tidak sedikit orang yang cenderung mengkritisi diri sendiri, membuat standar begitu tinggi, bahkan menempatkan diri sebagai seseorang yang bertanggung jawab atas segala hal di sekitarnya. 

Beberapa individu juga masuk dalam kategori people pleaser, yaitu mereka yang selalu ingin menyenangkan orang lain hingga lupa pada batas diri. Semua bentuk overthinking ini akhirnya menumpuk, membuat pikiran menjadi tidak tenang.

Selain itu, Eva juga menyebutkan satu tipe overthinking yang cukup sering dijumpai, yakni seseorang yang terjebak dalam sikap overplanner. Mereka merasa segala rencana harus sempurna sebelum memulai. Bahkan ketika satu detail saja tidak sesuai harapan, pikiran mereka bisa terus dipenuhi kecemasan. 

“Overplaner begitu ya, jadi dia mau mengerjakan sesuatu itu perfect (sempurna), kalau enggak perfect itu bisa kepikiran,” kata Eva. Melalui penjelasan ini, tampak bahwa banyak orang terjebak pada pola pikir perfeksionis tanpa menyadarinya.

Padahal, menurut Eva, mengejar kesempurnaan tidak selalu realistis. Dalam kehidupan sehari-hari, selalu ada hal-hal yang berada di luar kendali manusia. Hal itu bukanlah kelemahan, tetapi bagian dari realitas hidup. 

“Sebenarnya perfect itu ilusi, yang bisa kita lakukan adalah do your best atau lakukan yang terbaik. Jadi, jangan belum mulai sudah harus sempurna,” pesan Eva saat ditemui di Kantor KLY Jakarta beberapa waktu lalu. Ia menekankan bahwa menjalani proses dengan melakukan yang terbaik jauh lebih bijak daripada menuntut diri mencapai kesempurnaan yang tidak ada batasnya.

Lalu apa yang bisa dilakukan jika seseorang merasa dirinya termasuk dalam tipe overthinking seperti yang dijabarkan Eva? Ada beberapa langkah sederhana yang dapat diterapkan untuk meredakan kecemasan dan menenangkan pikiran ketika overthinking muncul. Saran-saran ini tidak mengubah konteks yang disampaikan Eva, melainkan membingkai ulang penjelasannya dalam sudut pandang yang lebih reflektif.

Berlatih Mindfulness untuk Mengenali Diri

Banyak yang mengira mindfulness harus dilakukan melalui meditasi panjang, padahal penerapannya bisa dimulai dari hal kecil. Mindfulness mengajarkan seseorang untuk menyadari apa yang sedang terjadi di dalam diri maupun lingkungan sekitar tanpa terburu-buru menilai. Tidak berjalan dalam mode “auto-pilot”, tetapi hadir sepenuhnya pada setiap momen. Melalui latihan ini, seseorang menjadi lebih peka terhadap pikiran yang muncul dan mampu memahami apa yang sebenarnya dirasakan.

Eva juga menekankan pentingnya menerima diri apa adanya, termasuk dalam konteks pengembangan diri. Bila seseorang ingin memiliki kemampuan tertentu, maka ia perlu menyadari bahwa setiap skill butuh proses belajar yang berulang. Tidak ada kemampuan yang muncul secara instan, sehingga memberi ruang pada diri menjadi langkah penting untuk menghindari tekanan berlebih.

Menuliskan Kekhawatiran agar Pikiran Lebih Jernih

Bentuk penanganan overthinking lainnya adalah dengan menuangkan isi pikiran ke dalam tulisan. Cara ini sederhana, tetapi sangat efektif karena membantu seseorang memetakan apa yang sebenarnya membebani pikirannya. “Coba ditulis apa saja yang dikhawatirkan. Lalu cek, mana yang dikhawatirkan dan ternyata tidak terbukti sama sekali,” kata Eva.

Melalui proses ini, seseorang dapat melihat bahwa sebagian besar ketakutan yang selama ini memenuhi pikirannya tidak pernah terjadi. Menyadari bahwa kekhawatiran tersebut hanya sebatas skenario yang dibuat pikiran adalah langkah penting untuk membuat diri lebih tenang.

Fokus Pada Saat Ini untuk Mengurangi Beban Pikiran

Overthinking sering kali muncul karena seseorang terlalu larut pada kejadian masa lalu atau terlalu takut dengan apa yang mungkin terjadi di masa depan. Padahal, keduanya bukan tempat bagi seseorang untuk hidup di dalamnya. 

Masa lalu tidak dapat diubah, sementara masa depan belum tentu terjadi sesuai gambaran pikiran. Eva menjelaskan bahwa fokus pada masa sekarang adalah kunci untuk mengembalikan kendali diri. “Kalau terlalu memikirkan masa depan, masa sekarang jadinya lewat ini, padahal kan saat ini enggak bisa dibalik mundur lagi ya,” ujarnya.

Memahami bahwa momen saat ini adalah satu-satunya waktu yang bisa dipegang membuat seseorang lebih mampu menata pikirannya. Dengan begitu, pikiran menjadi lebih ringan karena tidak terbebani oleh hal-hal yang berada di luar kendali.

Terkini

15 Hp OPPO Terbaru 2025, Harga dan Spesifikasi

Sabtu, 22 November 2025 | 21:33:26 WIB

Top 10 Harga Laptop ASUS 3 Jutaan Terbaik 2025

Sabtu, 22 November 2025 | 21:12:10 WIB

iPad Terbaru 2025: Spesifikasi dan Harganya di Indonesia

Sabtu, 22 November 2025 | 16:04:19 WIB