10 Pekerjaan yang Diprediksi Terancam Hilang Akibat Laju Otomatisasi Global

Selasa, 18 November 2025 | 09:18:15 WIB
10 Pekerjaan yang Diprediksi Terancam Hilang Akibat Laju Otomatisasi Global

JAKARTA - Perubahan besar tengah berlangsung di dunia kerja global, dipicu derasnya perkembangan teknologi dan adopsi otomatisasi yang semakin meluas.

Alih-alih terjadi secara perlahan, transformasi ini berkembang cepat dalam lima tahun terakhir seiring meningkatnya penggunaan kecerdasan buatan (AI), pemrosesan data, serta sistem digital yang menggantikan tugas-tugas manual. Tantangan tersebut bukan hanya dirasakan oleh sektor industri tertentu, tetapi hampir seluruh lini pekerjaan yang selama bertahun-tahun bergantung pada proses tradisional.

Mengacu pada Future of Jobs Report 2025 yang dirilis World Economic Forum (WEF) pada Senin, 17 November 2025, tren otomatisasi diperkirakan akan menggeser sejumlah besar peran konvensional hingga tahun 2030. 

Laporan ini menegaskan bahwa perubahan pasar kerja tidak lagi sekadar tentang pertambahan lapangan kerja baru, tetapi sebuah transformasi menyeluruh yang menuntut kesiapan tenaga kerja global. Kemampuan adaptasi, penguasaan teknologi, dan peningkatan keterampilan menjadi syarat utama agar pekerja tetap bertahan menghadapi arus digitalisasi yang terus berkembang.

WEF mencatat sedikitnya 8 persen pekerjaan global berada dalam risiko hilang pada 2030 akibat otomatisasi. AI dan teknologi pemrosesan data diproyeksikan menciptakan sekitar 11 juta peran baru, tetapi di saat yang sama juga akan menggantikan sekitar 9 juta pekerjaan lama. 

Bahkan, penggunaan robot dan sistem otomatis di berbagai industri disebut akan menambah sekitar lima juta pekerjaan yang terdampak lebih banyak dibandingkan jumlah lapangan kerja baru yang muncul di sektor serupa. 

Kondisi ini memperlihatkan bahwa banyak pekerjaan administratif, clerical, hingga layanan dasar berpotensi tergerus oleh teknologi swalayan, pembayaran digital, dan otomasi proses bisnis.

Prediksi Pekerjaan yang Berpotensi Menghilang

Berdasarkan laporan yang sama, sejumlah pekerjaan diperkirakan menjadi kelompok paling rentan karena tingkat permintaan yang terus menurun. Profesi-profesi yang sebelumnya menjadi tulang punggung layanan harian kini mulai tergantikan oleh sistem digital yang lebih cepat dan efisien. WEF merinci bahwa 10 pekerjaan yang paling berpotensi hilang lima tahun mendatang meliputi:

Petugas pos

Teller bank dan petugas terkait

Petugas entri data

Kasir dan petugas tiket

Asisten administrasi dan sekretaris eksekutif

Pekerja percetakan dan bidang terkait

Petugas akuntansi, pembukuan, dan penggajian

Petugas pencatatan material dan penyimpanan stok

Petugas transportasi dan kondektur

Pekerja penjualan keliling dan pedagang kaki lima

Daftar tersebut memperlihatkan bahwa pekerjaan berbasis administrasi, transaksi manual, hingga operasional berulang menjadi sektor yang paling mudah dialihkan ke teknologi otomatis. Bahkan di beberapa negara, layanan pos, teller bank, hingga kasir konvensional sudah mulai diminimalkan karena masyarakat beralih ke platform digital dan mesin layanan mandiri.

Transformasi Keterampilan yang Tak Terhindarkan

Selain perubahan pada jenis pekerjaan, WEF juga menyoroti pergeseran besar dalam kompetensi yang dibutuhkan tenaga kerja. Mengutip laporan Gulf News, sekitar 39 persen keterampilan pekerja diperkirakan akan berubah pada 2030, menandakan perlunya pekerja untuk terus meningkatkan kemampuan agar tetap relevan.

Perubahan besar ini mendorong pentingnya program upskilling (peningkatan keterampilan) dan reskilling (pelatihan ulang) bagi seluruh tenaga kerja, baik mereka yang masih berada di sektor tradisional maupun yang mulai berpindah ke bidang digital. 

Akses internet yang kian meluas juga menjadi faktor penting yang memicu terjadinya transformasi. Meluasnya digitalisasi disebut dapat menciptakan hingga 19 juta lapangan kerja baru, namun tetap berpotensi menghilangkan sekitar 9 juta pekerjaan di sisi lain.

Tren ini menegaskan bahwa transformasi digital tidak hanya menciptakan profesi modern seperti analis data, spesialis keamanan siber, hingga pengembang AI, tetapi juga menghapus banyak peran yang dulunya dianggap stabil. Karena itu, pembelajaran berkelanjutan menjadi sangat penting agar pekerja dapat mengikuti cepatnya evolusi pasar kerja.

Tuntutan Baru bagi Dunia Kerja dan Perusahaan

Dampak besar dari perubahan ini tidak hanya dirasakan oleh pekerja, tetapi juga perusahaan yang dituntut lebih proaktif mempersiapkan tenaga kerja mereka. Dalam laporan WEF, para pemberi kerja diminta menempatkan program pelatihan dan peningkatan keterampilan sebagai salah satu prioritas utama. Tujuannya untuk memastikan bahwa pekerja memiliki kemampuan yang relevan dengan kebutuhan profesi masa depan.

Seiring makin luasnya penggunaan AI generatif di berbagai sektor, bahkan bidang kreatif seperti desain grafis pun disebut akan menghadapi gangguan. Teknologi mampu menghasilkan desain dalam hitungan detik, membuat para pekerja kreatif perlu memiliki keahlian tambahan yang tidak mudah diotomatisasi, seperti kreativitas strategis, pemikiran kritis, serta kemampuan menggabungkan elemen visual secara unik.

Situasi ini memperlihatkan bahwa otomatisasi tidak selalu menghapus pekerjaan, tetapi mengubah cara kerja secara signifikan. Mereka yang mampu beradaptasi dengan teknologi kemungkinan besar akan tetap memiliki peluang besar dalam dunia kerja yang baru.

Terkini

15 Hp OPPO Terbaru 2025, Harga dan Spesifikasi

Sabtu, 22 November 2025 | 21:33:26 WIB

Top 10 Harga Laptop ASUS 3 Jutaan Terbaik 2025

Sabtu, 22 November 2025 | 21:12:10 WIB

iPad Terbaru 2025: Spesifikasi dan Harganya di Indonesia

Sabtu, 22 November 2025 | 16:04:19 WIB