JAKARTA - Partisipasi Indonesia dalam Busan International Seafood and Fisheries Expo (BISFE) 2025 kembali mencerminkan bagaimana produk boga bahari nasional mampu bersaing di pasar internasional, khususnya Korea Selatan.
Melalui dukungan Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan Indonesia Trade Promotion Center (ITPC) Busan, berbagai komoditas laut dan olahannya berhasil mencatatkan potensi transaksi signifikan. Momentum ini bukan sekadar pencapaian ekonomi, tetapi juga bukti bahwa sektor boga bahari Indonesia memiliki daya tarik yang semakin besar di pasar global.
ITPC Busan melaporkan bahwa produk boga bahari Indonesia meraih potensi transaksi mencapai 2,71 juta dolar AS atau sekitar Rp44,7 miliar selama pameran. Nilai itu menunjukkan tingginya ketertarikan pelaku usaha Korea Selatan terhadap komoditas Indonesia, yang dinilai memiliki kualitas baik dan daya saing yang kuat. Kepala ITPC Busan, Husodo Kuncoro Yakti, menegaskan bahwa pencapaian ini memperlihatkan kesiapan industri boga bahari Indonesia untuk menembus pasar Negeri Ginseng.
Dalam keterangannya, Husodo mengatakan, “Capaian potensi transaksi produk boga bahari Indonesia sebesar 2,71 juta dolar AS berasal dari penjajakan bisnis dan ketertarikan pelaku usaha yang berkunjung ke Paviliun Indonesia.
Produk yang menjadi primadona kali ini adalah bayi gurita (baby octopus) dan olahan tuna.” Pernyataan tersebut menegaskan bahwa komoditas unggulan Indonesia tidak hanya mendapatkan perhatian, tetapi juga memiliki peluang besar untuk memasuki rantai pasok industri perikanan di Korea Selatan.
Peningkatan Ketertarikan Pembeli di Paviliun Indonesia
BISFE 2025 diselenggarakan oleh Korea Fishery Trade Association (KFTA), sebuah asosiasi terkemuka yang menaungi pelaku usaha sektor perikanan di Korea Selatan. Dengan posisi KFTA sebagai asosiasi terbesar di sektor tersebut, keikutsertaan Indonesia memberikan keuntungan strategis dalam memperluas jaringan dan memperkuat penetrasi pasar.
Capaian transaksi yang dibukukan Indonesia mencerminkan kesiapan pelaku usaha untuk bersaing secara langsung dengan pemasok dari negara lain. Produk-produk yang ditawarkan Indonesia dalam pameran ini disebutkan cukup beragam, mulai dari olahan rumput laut, cumi-cumi, bayi gurita, udang, hingga tuna. Keberagaman ini memungkinkan Indonesia menunjukkan berbagai potensi unggulan yang dimiliki sektor kelautan nasional.
Mengikuti pameran saja tidak cukup bagi para eksportir Indonesia. Karena itu, mereka juga mengikuti sesi penjajakan bisnis atau business matching dengan sejumlah importir dari Korea Selatan.
Pertemuan ini dilakukan baik di area pameran maupun di luar agenda resmi, sehingga membuka peluang diskusi lebih mendalam mengenai kerja sama potensial. Keikutsertaan aktif eksportir dalam business matching memberi sinyal kuat bahwa Indonesia tidak hanya mengandalkan pameran sebagai ajang promosi, tetapi juga mengemasnya sebagai ruang pembentukan kemitraan jangka panjang.
Penguatan Hubungan Dagang Indonesia–Korea Selatan
Selain memperlihatkan keberhasilan sektor boga bahari, pameran ini juga mencerminkan eratnya hubungan dagang kedua negara dalam beberapa tahun terakhir. Menurut data perdagangan Januari–September 2025, total perdagangan Indonesia dengan Korea Selatan mencapai 13,33 miliar dolar AS.
Dari total tersebut, nilai ekspor Indonesia mencapai 7,28 miliar dolar AS, sementara impor dari Korea Selatan sebesar 6,06 miliar dolar AS. Dengan demikian, Indonesia mencatat surplus sebesar 1,22 miliar dolar AS terhadap Korea Selatan.
Data tersebut menunjukkan bahwa hubungan perdagangan kedua negara berjalan seimbang dan saling menguntungkan. Di luar sektor migas, kinerja perdagangan juga memperlihatkan tren positif. Pada 2024, perdagangan nonmigas Indonesia dengan Korea Selatan mencapai 17,75 miliar dolar AS. Ekspor nonmigas Indonesia tercatat sebesar 9,13 miliar dolar AS, sedangkan nilai impor nonmigas dari Korea Selatan mencapai 8,62 miliar dolar AS.
Lebih jauh lagi, tren perdagangan nonmigas Indonesia–Korea Selatan dalam lima tahun terakhir (2020–2024) meningkat sebesar rata-rata 8,84 persen per tahun. Kinerja ekspor nonmigas Indonesia pada periode yang sama bahkan mencatat pertumbuhan rata-rata 11,09 persen per tahun. Angka-angka ini memperkuat gambaran bahwa kerja sama perdagangan kedua negara berada dalam jalur yang stabil dan terus bertumbuh.
Peluang Produk Bahari Indonesia di Pasar Global
Pencapaian Indonesia dalam BISFE 2025 tidak hanya mencerminkan keberhasilan sesaat, tetapi menunjukkan peluang jangka panjang bagi sektor perikanan nasional. Ketertarikan pasar Korea Selatan terhadap produk seperti bayi gurita dan olahan tuna membuktikan bahwa komoditas Indonesia memiliki kualitas yang mampu memenuhi standar internasional. Keberhasilan ini dapat menjadi pintu masuk bagi produk lain, termasuk rumput laut dan udang, untuk melakukan ekspansi lebih besar.
Kolaborasi antara pelaku usaha Indonesia dan importir Korea Selatan melalui business matching juga membuka peluang bagi peningkatan volume ekspor di masa mendatang. Selain itu, dukungan institusional dari Kemendag dan ITPC memperkuat posisi Indonesia sebagai pemasok potensial produk boga bahari di kawasan Asia Timur.
Keberhasilan dalam pameran ini menggambarkan bahwa Indonesia tidak hanya siap bersaing, tetapi juga mampu membuktikan kualitas produknya di salah satu pasar paling selektif di Asia. Dengan terus menjaga kualitas, meningkatkan kapasitas produksi, dan memperkuat jaringan pemasaran, industri boga bahari Indonesia memiliki peluang besar untuk memperluas pangsa pasar internasional.