JAKARTA - Sabtu pagi yang cerah berubah menjadi hari yang menegangkan di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali, ketika insiden teknis yang melibatkan pesawat Airfast Indonesia memicu pengalihan dan penundaan penerbangan. Penerbangan domestik dan internasional di salah satu bandara tersibuk di Indonesia tersebut mengalami gangguan signifikan akibat insiden tersebut. Mari kita telusuri penyebab dan dampak dari insiden ini lebih lanjut.
Insiden di Runway Menyebabkan Divert dan Delay
Sekitar pukul 09:26 WITA, pesawat Airfast Indonesia dengan nomor registrasi DH PK OAM 6, yang terbang dari Benete, Sumbawa Barat, mengalami kendala teknis saat mendarat di Bandara Ngurah Rai. Pesawat tersebut sempat terjebak di runway, sehingga mengganggu jalannya lalu lintas penerbangan. Berdasarkan informasi resmi dari NOTAM (Notice to Airmen) Nomor A0668/25 NOTAMN, runway bandara ditutup sementara mulai pukul 10.15 WITA hingga 12.10 WITA.
General Manager Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Ahmad Syaugi Shahab, dalam pernyataannya menjelaskan upaya maksimal yang dilakukan pihak bandara untuk menangani situasi ini. "Saat ini semua pihak sedang berupaya melakukan yang terbaik agar runway dapat segera beroperasi kembali," ujarnya.
Dampak Terhadap Jadwal Penerbangan
Insiden ini menyebabkan penundaan dan pengalihan penerbangan yang cukup signifikan. Terdapat 10 penerbangan keberangkatan yang mengalami keterlambatan, terdiri dari 5 penerbangan domestik dan 5 penerbangan internasional. Selain itu, 21 penerbangan kedatangan juga terkena dampak, yang terdiri dari 9 penerbangan domestik dan 12 internasional.
Penerbangan-penerbangan yang sebelumnya dijadwalkan untuk mendarat di Ngurah Rai akhirnya terpaksa dialihkan ke beberapa bandara alternatif di Indonesia. Lombok menampung 6 penerbangan yang dialihkan, Surabaya menerima 5 penerbangan, Makassar mendapatkan 3 penerbangan, Semarang menampung 2 penerbangan, serta Jakarta dan Banyuwangi masing-masing menerima 1 penerbangan. Selain itu, ada pula 3 penerbangan kedatangan yang terpaksa kembali ke bandara asalnya atau Return to Base (RTB), yakni di Lombok, Jakarta, dan Singapura.
Proses Evakuasi Penumpang
Syaugi juga menjelaskan bahwa terdapat sekitar 7 orang penumpang di pesawat Airfast yang mengalami kendala teknis di runway. "Terdapat 7 orang penumpang yang semuanya telah dievakuasi dan tidak mengalami cedera serius," ungkapnya. Kecepatan dan efisiensi dalam proses evakuasi ini menunjukkan kesiapan tim darurat bandara dalam menangani insiden seperti ini.
Analisis dan Tindakan Lanjutan
Penyebab pasti dari kendala teknis yang dialami oleh pesawat Airfast masih dalam penyelidikan. Namun, insiden ini menjadi pengingat bahwa keselamatan dan kesiapan penanganan darurat di bandara harus selalu menjadi prioritas utama. Langkah-langkah mitigasi risiko dan peningkatan prosedur keselamatan harus terus diperbarui dan diterapkan untuk mencegah insiden serupa di masa mendatang.
Bandara I Gusti Ngurah Rai, sebagai pintu gerbang utama pulau Bali, memainkan peran krusial dalam industri pariwisata Indonesia. Oleh karena itu, setiap gangguan operasional yang terjadi di bandara ini memiliki dampak domino, tidak hanya bagi para penumpang tetapi juga bagi sektor terkait lainnya. Pemerintah dan pihak pengelola bandara perlu terus bersinergi untuk memastikan bahwa infrastruktur dan layanan di bandara ini dapat selalu diandalkan.